Review Suzume no Tojimari, Memahami Makna Melepaskan
Saya membeli sebuah novel Jepang, Kimi no
Na Wa, tetapi belum saya baca karena maklum bahasa Jepang pasti butuh
perjuangan kalau sudah berbentuk novel. Behubung saya selalu kelewatan ketika
film anime karya Makoto Shinkai sebelumnya tayang, kini saya sempatkan menonton
Suzume no Tojimari. Review anime ini lumayan hype, apalagi fans Makoto Shinkai
cukup militan juga.
Mulanya saya ingin menonton Virgo and The
Sparkling, nyatanya film itu sepi peminat hingga di minggu awal Maret sudah turun
layar. Saya pun ingat jika Suzume no Tojimari baru saja tayang dan saya
bergegas memesan melalui GoTix. Di luar dugaan, ternyata para wibu di kota
Sidoarjo ini banyak juga, ya. Dari yang rambut mulai ada ubannya sampai anak-anak
SMP dengan gaya khas wibu memenuhi kursi sampai baris hampir bawah.
Pembuka Menakjubkan dengan
Misteri Mendebarkan
Sinematografi
jelas wow. Anime Jepang kualitasnya semakin bagus ditambah cerita yang
disampaikan juga filosofis. Anime bukan hanya untuk anak kecil, sejak saya
menjadi penggemar Inuyasha, saya jadi tahu bahwa anime justru berbeda dengan
kartun-kartun buatan DC dan Marvel. Anime memiliki plot yang lebih humanis,
sekalipun itu fantasi. Suzume, judul versi internasional dari Suzume no
Tojimari, dibuka dengan suara anak perempuan yang terengah-engah mencari
ibunya. Kemudian ia bertemu dengan seorang perempuan yang hanya berbentuk siluet.
Bocah ini
kelihatan lelah karena berjalan di antara puing-puing bangunan serta rumah.
Terlihat jika daerah pemukiman tersebut baru saja terkena dampak bencana. Musik
pengiring dan angle pengambilan gambar juga meliarkan imajinasi. Lalu cerita
berpindah ke kehidupan Suzume, gadis berusia 16 tahun yang masih duduk di
bangku kelas XI. Berhubung saya membaca bagian awal novel Kimi no Na Wa versi
Jepang, saya jadi berpikir mungkin ini salah satu gaya khas Makoto Shinkai dalam membuka
ceritanya. Kedua tokoh utama mengalami mimpi aneh.
Suzume nampak
ceria walau ia penasaran dengan makna mimpi tersebut. Ia tinggal bersama
bibinya, Tamaki, di daerah pegunungan dekat pantai. Diceritakan ia tinggal di
Kyushu, sebuah pulau yang terpisah dari Honshu, pulau besar tempat kota Tokyo berada. Dalam tempo yang singkat, saya bisa melihat betapa Tamaki sangat
menyayangi keponakannya seperti putrinya sendiri. Ia membuatkan bekal sebagus
mungkin meskipun akan pergi bekerja. Suzume memiliki karakter ceria, rasa ingin
tahu tinggi, dan juga pemberani (yang cenderung nekad).
Cerita mulai bergerak cepat ketika ia berpapasan dengan pemuda tampan jangkung yang membuat Suzume terpana ketika naik sepeda menuju sekolah. Pemuda itu sempat menyapa Suzume untuk menanyakan tempat terbengkalai di area tempat tinggal Suzume.
Sosok pemuda anime selera saya, lakik banget si Souta lol |
Ketika hendak sampai di sekolah, Suzume seperti teringat sesuatu. Ia merasa
pernah bertemu pemuda itu, mungkin ini efek mimpinya juga. Ia bergegas ke
sebuah daerah yang sudah lama tidak ditinggali dan di sana ia menemukan pintu
aneh dengnan gugusan bintang di dalamnya. Namun, Suzume tidak bisa masuk. Ia
menemukan sebuah patung batu yang dicabut dari lantai berair lalu berubah
menjadi kucing. Syok dengan hal-hal aneh tersebut membuat Suzume berlari
ketakutan.
Singkat cerita, setelah kembali di sekolah dan hendak menyantap bekal bersama kawan-kawannya, Suzume melihat asap hitam mengepul dari arah lokasi terabaikan yang ia kunjungi. Asap itu ternyata semacam gumpalan cacing raksasa yang tidak terlihat mata orang biasa. Dengan gegabah, Suzume meninggalkan sekolah lalu menuju bukit tempat lokasi terbengkalai yang sempat ia kunjungi sebelumnya.
Suzume yang kawaii |
Suzume melihat pemuda tampan aneh yang tadi ia temui sedang berjuang menutup pintu. Cacing raksasa itu keluar dari pintu dan jika dibiarkan, bisa menimbulkan bencana gempa. Suzume pun terlibat petualangan menegangkan dengan pemuda bernama Souta. Lucunya, ketika bertemu kucing aneh, Souta dikutuk menjadi kursi berkaki tiga.
Souta dan Suzume harus mengejar kucing yang merupakan jelmaan patung dewa penjaga segel pintu ajaib agar cacing raksasa tidak keluar dan menimbulkan bencana mengerikan. Petualangan mereka pun membawa saya menjelajahi Ehime hingga Tokyo. Suzume si gadis desa bertemu dengan banyak orang baik yang menjadi temannya dalam waktu singkat.
Kurangnya Pengembangan Hubungan
Antara Suzume dengan Orang Terdekat
Makoto Shinkai
dikenal suka memasukkan unsur romansa dalam cerita yang ia buat. Saya membaca
ini di beberapa artikel, tetapi saya kurang bisa merasakan efek debaran dalam love line
Suzume-Souta. Memang petualangan mereka sangat seru dan membuat mereka saling
mengenal perlahan, hanya saja saya merasa alasan Suzume pontang-panting mau
membantu Souta sampai hampir kehilangan nyawanya sendiri ini kurang masuk akal.
Wajah ganteng Souta bentar doang, jadi kursi untung suaranya ganteng |
Souta kurang
terbuka pada Suzume. Baru ketika mereka sampai di Tokyo, Suzume tahu tentang
kehidupan Souta. Itu pun saya hanya merasakan chemistry mereka lebih cocok
sebagai sahabat. Tanpa alasan solid, Suzume luntang-luntung mengikuti pemuda asing yang
disihir menjadi kursi kecil, membuat saya merasakan pengorbanan Suzume jadi
cenderung dipaksakan. Pertengkaran antara Tamaki dan Suzume yang membuat mereka
keceplosan mengutarakan perasaan sedih satu sama lain justru ingin saya lihat
lebih dalam lagi. Emotion building bibi-keponakan ini pun kurang dieksplorasi.
Beruntungnya, petualangan dan narasi filosofis pintu ajaib jalur Cacing Bencana itu menjadi jembatan yang pas dari awal hingga akhir cerita. Suzume akhirnya kembali ke tempat awal dia lahir. Ini adalah perjalanan melepaskan kenangan menyakitkan pascabencana dan kehilangan ibunya.
Daijin, jelmaan dewa penjaga kunci imut menyebalkan |
Saya jadi merasa jika pintu yang ditutup Suzume dan Souta merupakan kiasan untuk menutup masa lalu dan maju ke depan. Apalagi setelah membaca penyebab Makoto Shinkai menulis cerita ini adalah untuk mengenang bencana gempa dan tsunami Tohoku pada 2011, saya jadi memahami perasaan Suzume yang akhirnya mengingat kembali apa yang sempat hilang. Lagu pengiring anime ini juga susah dilupakan. Menyentuh!
Bagaimanakah
perjalanan keduanya? Apakah salah satunya ada yang tewas? Kamu bisa tonton
Suzume di bioskop terdekat.
(Baca Juga: Review Film Hero )
1 Komentar
Dari covernya memper sama Kimi No Nawa, oh sempet tahu dibuat meme sih ini pas gempa, kalau Kimi No Nawa pas meteor jatuh, ada yang tsunami wkwk. Jadi pengin nonton film udah lama enggak lihat film Jepang. Terima kasih informasinya!
BalasHapusSilakan berkomentar dengan sopan tanpa menyinggung SARA, ya ^_^